Travelanggi Incredible India Trip (Part 2 Nothern India Journey Beginning, Leh)

Day 3 ( Sunday, April 15th 2018)
Bangun pagi dan harus bergegas ke bandara karena tujuan kami selanjutnya adalah bagian utara India yang musimnya sedang winter, kami sudah siap dengan pakaian winter yang seharusnya dipakai plus long john yang sudah disiapkan di tas ketika sampai. Pesan taksi dari hotel langsung menuju bandara, suara klakson yang nyaring sudah akrab menyapa di telinga. Bertiga dengan Wildan dan Mas Try, kami segera menuju Mas Bayu yang sudah menunggu sendirian di bandara. Rencana mau tarik tunai uang lebih agar supaya perjalanan selanjutnya ngga perlu cari ATM lagi dan ribet, eh ternyata ATM ku dan Wildan ga transaksi. Suram gaksih, akhirnya cuma ATM Mas Bayu yang bisa tarik tunai. Ga bisa boong, perut kruyuk kruyuk semakin menyiksa makanlah kami di foodcourt setelah check in dan di grepe grepe lagi.
Wake up early and gotta go to airport since our destination is on the nothern India in its winter time, we’re ready with the outfit plus long john we’re been preparing. Booking the taxi from the hotel we’re heading to airport, the noisy horn greet us like usual. Me, Wildan and Mas Try go to meet Mas Bayu who’s waiting alone in the airport. Wanting to take some more cash for preparation, turned out Wildan ATM and mine couldn’t be use. Omg what is this, only Mas Bayu ATM could do the prive then. We eat some meals before leaving after the total screening.

our meals

arriving in Leh Airport

the journey in the north starts here~

   Oiya, di India body scan setiap kita akan naik pesawat maupun transportasi seperti MRT terbilang ketat bahkan untuk wanita ada bilik khususnya. Pizza dan roti gandum pun habis kami lahap demi tenaga untuk trip ke Leh sana. Penerbangan kami ke Leh menggunakan Go Air ditempuh selama lebih kurang satu jam. Pemandangan gunung gunung berselimut salju memanjakan mata, look those are Himalayas down there! Hampir hampir mirip dengan pemandangan sewaktu ke Queenstown dulu dan ndeso kegirangan melihat gunung gunung bersalju.
   Oiya, in India the total body scan should be done before flight or other transportation like MRT even for woman there’s a room prepared for woman screening. We eat the whole pizza and wheat bread for gaining some energy to Leh. Our flight to Leh with Go Air take about one hour. The snowy mountains view is gorgeous, look those are Himalayas down there! Almost the same with the view I got to see when going to Queenstown and I couldnt stop being amazed.

it’s Himalaya down there 🙂

                Sampai di Leh, apa yang dikatakan orang orang benar terjadi, menurut referensi kakak senior wek bardiq.me pun benar, sampai di ketinggian akan terasa sesak dan mual plus nafas tidak teratur. Istilah katanya engap. Acute Mountain Sickness (AMS) yang merupakan penyakit yang dialami pejalan yang menuju ketinggian dengan gejala gejala seperti di atas karena berada di tempat dengan ketinggian yang terlalu tinggi. Nafasku mulai tersengal sengal, udara dingin Leh menusuk tulang dan hidung sudah tak karuan. Selesai mengambil bagasi dan isi formulir kami bergegas menuju rombongan trip kami yang lain bersama travel agent kami yang sudah menjemput. Hostel kami yang pertama adalah Heshuk Hostel, di sini kami akan menginap semalam nanti. Hostelnya cukup nyaman, sayang Wifi mati, untung kamarnya luas dan kamar mandi bersih. Pas nyobain toilet, airnya dingin banget ya Lord rasanya pas cebok beku seketika. Hahaha. Beristirahat dan makan sebelum siang menuju destinasi kami di Leh, anggota trip North India yang berjumlah sembilan orang ini mulai mengakrabkan diri.
   Arriving in Leh, what people said come true even what my senior said bardiq.me it happened, reaching the height I feel difficult to breathe and it’s getting unstable. Acute Mountain Sickness (AMS) is an altitude disease when being in high place with symptoms people have when reaching certain altitude. I couldn’t breathe normally, the cold Leh air stab me and my nose running. After taking the baggage and filling the form, we join our group who’s arrived first with our travel agent. Our first hostel was Heshuk Hostel, we sleep here for a night. The hostel was nice, sadly there Wifi wasn’t good, but the bathroom clean enough and room spacious. When I tried the toilet, it felt so freezing on my parts. Taking a rest and eating before visiting the destination in Leh, our nine persons group are getting more intimate.


Destinasi kami ketika di Leh adalah Shanti Stupa, Leh Palace dan Leh Market. Shanti Stupa adalah stupa putih yang berada di ketinggian  bukit Chanspa, distrik Leh. Banyak bangunan destinasi kami bernuansa Tibetian dan pengaruh agama Budha sangat kuat di wilayah Leh ini tidak seperti India yang dikenal orang selama ini. Untuk Leh Palace kami tidak masuk ke sana karena hari sudah semakin sore dan lebih memilih segera menuju Leh Market untuk berjalan jalan dan belanja.
    Our destination in Leh are Shanti Stupa, Leh Palace and Leh Market. Shanti Stupa is a white domed Buddhist stupa in Chanspa hill, Leh district. Most of our destinations have Tibetian style and strong Buddhism influence in Leh unlike India in common. We didn’t go inside Leh Palace since it’s getting dark already and we prefer go to Leh Market for walk and shop.

not so tidy pose, pals

us in Leh Palace 😀

in front of Leh Palace

dare to go to this toilet?

   Untuk menghindari terkena Acute Mountain Sickness atau Altitude Sickness, sebaiknya istirahatlah banyak banyak sesampainya di Leh karena tubuh perlu waktu cukup untuk aklimatisasi. Jika kalian melakukan roadtrip dari Srinagar tubuh sudah cukup teraklimatisasi tidak seperti jika menempuh penerbangan dari Delhi ke Leh yang ketinggiannya mendadak dangdut naik. Kondisi tubuh yang sedang lemah karena sebelum trip sempat sakit dan akumulasi kelelahan dari awal perjalanan semakin memperburuk kondisiku. Kupikir akan baik baik saja, eh pas di Leh Market badan ini berontak. Dengan gejala awal pusing dan mual akhirnya aku ndeprok di tengah tengah jalan karena badan tiba – tiba gemetar, sementara cowok cowok ini enjoy masuk ke kedai makan dan ada satu yang ketinggalan mereka ga sadar.
    To avoid Acute Mountain Sickness or Altitude Sickness, you better take a total rest after arriving in Leh for acclimatization. If you do road trip from Srinagar, your body already acclimatize well unline If you take direct flight from Delhi to Leh with it’s sudden height. My weak body condition after being sick and the exhaustion since the trip started get me sick. I thought I’m going to be okay but in Leh Market my health get worse. With the early symptoms nausea and dizzy I stop in the middle of the crowd and collapsing, while the boys going to foodstall and they didn’t realize me collapsing in the street alone.

ukiran di Shanti Stupa

me and roommates~

   Total personel grup kami seharusnya bersembilan, tetapi kami hanya berdelapan mengeksplore sekeliling kota sementara istri Mas Joe memilih istirahat di hostel. Harusnya aku istirahat di hostel aja ya, cari penyakit jalan ketika kupikir baik baik saja malah ngedrop begini. Aku terduduk diam di pusat kota, di tengah tengah Leh Market yang suasananya tenang dan damai meskipun orang berlalu lalang. Sempat Mas Joe mengajak balik ke mobil saja karena mukaku terlihat mulai pucat tapi badan ini makin susah gerak jadi aku lebih memilih ditinggal. Siapa tau perut ini baikan dan bisa jalan jalan. Awalnya aku berjalan barengan dengan rombongan cowok – cowok ini, tetapi satu persatu mereka pergi ke arah lain dan aku ketinggalan dengan perut sakit ga karuan. Norvell guide kami yang kebetulan sedang tidak ada tugas menghampiri ketika mukaku semakin memucat, perut melilit dan aku tak bisa banyak bergerak di tengah jalan. Mbak Kara dan Mbak Anis yang pergi ke toko souvenir pun kembali ke arahku dan menemaniku yang mulai collapse muntah muntah di tengah jalan ini sementara Norvel membelikanku obat. Tak hanya muntah, ternyata diare juga menyerang. Well, I am on my weakest this time :((
    Our total personnels should be nine, but only eight of us exploring while Mas Joe’s wife, Kak Fiji take a rest in the hostel. I wonder why I didn’t chose to rest but going instead. I have no feeling I’m gonna collapse like that. I freeze my position in the middle of the street in the quiet but nice Leh Market. Mas Joe persuade me to better go back to the van since I’m getting more pale but my body couldn’t be moved so I prefer being left. Who knows this stomach will get better after I sit for a while. I walk around with the boys, but one by one they left to the other side of the market and I’m having this stomachache alone. Our guide Norvell who’s not on his duty walked towards me to ask If I was okay when my stomach drove me crazy and I couldn’t move even one inch. Mbak Kara and Mbak Anis, my rommates who walked to the souvenirs shop before come and accompany me while I started to vommit in the middle of the street while Norvell bought me some medicine. Not only vomitting, me having another sickness, diarrhea. Well I’m on my weakest this time. :((

Leh Market 🙂

souvenirs seller in the market

Julley!

   Setelah semua anggota grup lengkap kami kembali ke hostel. Well, teh panas cukup menghangatkan perut dan obat yang dibelikan Norvell cukup manjur. Malam di hostel kami rebutan untuk berlama lama di ruang makan setelah makan malam bersama demi kehangatan heater yang satu satunya ini. Sayang sekali kurang kartu UNO untuk menemani begadang ya. Bersiap untuk perjalanan besok menuju tempat yang lebih tinggi ~
   After all of us come we go back to the hostel. Well, hot tea warmed my stomach and the medicine Norvell bought work well. Night in the hostel we wanna stay longer in the dining room for its only heater. Sadly I brought no UNO for our chatty night. Getting prepared for another higher altitude tomorrow yo~

our tonight savior beside the local meals

Cheers,

Travelanggi