Danau T€man Hidup


Namanya Danau Taman Hidup, tapi aku sengaja menyebutnya Danau Teman Hidup. Menemukan danau ini butuh berhari hari perjalanan dan camp, bukannya lebay tapi begitulah adanya. Konon katanya danau ini indah saat tak berselimut kabut seperti saat kami datangi. Di tempat ini rusa, monyet dan berbagai jenis binatang sering datang untuk minum, tapi tak kami temui sesuai harap Hanya suara monyet monyet berkelahi yang tak kami temui wujudnya di sana, kabut pun mulai turun ketika kami sampai. Sudah hampir enam bulan lamanya kaki ini tak menempuh perjalanan jauh berjalan mendaki dan gembira saat tiba waktunya masak bersama dan makan. Sudah sekian waktu lamanya sejak pendakian Argopuro berlalu, belum ada perjalanan yang benar – benar jauh setelah itu. Ingat kala itu, spot di Danau Teman Hidup adalah saksi praktik teori survival yang diajarkan kala diklat kami praktekkan dengan sukses, berbekal  remah – remah bahan sisa tepung dan bumbu yang ada kami berusaha membuat cilok (awalnya) dan gagal. Jadilah kami makan adonan tepung goreng tak karuan yang dicocol sambal kacang. Hahaha

lelahnya perjalanan terobati setelah sampai

danau teman hidup..

 

selfie pake tripod biar gaul

 

   Rindu rasanya mengenang perjalanan yang sudah berlalu sekejap mata. Rindu rasanya berhari hari tak mandi karena keluar masuk hutan dan gunung. Rindu rasanya meninggalkan hiruk pikuk kehidupan dan menghilang sementara waktu. Rindu rasanya dengan senang hati menyusahkan diri menggendong beban berkilo kilogram beratnya, melangkah berkilo kilometer jauhnya, menghirup debu atau menggigil kedinginan di tenda, engsel bergeser pasca turun berlari. Rindu teriakan bahagia sampai tepi danau, foto kacau dan cemilan tepung goreng ala kadaarnya. Aku rindu semuanya.
Danau Taman Hidup, kapan lagi kita ke sana?
Anggi