Gumuk Pasir Parangkesumo, gurun pasir di tengah negara tropis

Halo Jogjakarta, setelah sekian lama tak bersua aku berkesempatan untuk kembali ke kota ini lagi untuk transit sebelum kembali ke kaki gunung Andong yang jadi kampung halaman. Pagi yang mulai menghangat di Solo mengantarkanku ke stasiun untuk antri membeli tiket kereta Pramex yang akan membawaku ke Jogja. Naik becak kayuh yang cukup menguras tenaga si bapak becak, berterimakasih, membayar dan tersenyum aku masuk ke stasiun. Antrian di stasiun cukup lumayan, maklum untuk warga Jogja Solo mobilitas menggunakan kereta adalah kebutuhan.

Dengan tiket seharga 8ribu rupiah dan kenalan kenalan baru perjalananku ke Jogja dimulai. Tiba di stasiun Tugu kala panas menyengat dan seharian hanya keluar keliling kota. Perjalanan ke Gumuk Pasir dimundurkan ke hari berikutnya karena seharian cuaca Jogja hujan panas tak karuan.

Naik motor sepagi mungkin (rencananya), tapi akhirnya berangkat setelah matahari mulai meninggi. Boncengan dengan Disti, host Couchsurfingku di Jogja yang akrabnya sudah seperti sahabat lama bermodalkan GPS kami menuju gumuk pasir Parangkusumo. Adventure girls aren’t afraid to burn the skin, let’s be exotic! haha

DSC_3150

Gumuk pasir yang panas dan silau dipandang mata dari jauh tak menghalangi kegembiraan kami untuk berjalan di area tersebut. Gurun pasir mini ini ada di daerah tropis, lumayan tak perlu jauh jauh ke gurun Sahara untuk melihat hamparan pasir luas ini. Walaupun luasnya tak seberapa dibanding gurun yang sebenarnya lumayanlah untuk ukuran negara tropis ada gurun kecil semacam ini.

IMG_20160504_134353

Di areal gumuk terdapat rerimbunan pohon yang bisa digunakan berteduh setelah panas panasan berfoto, ada hammock yang bisa digunakan bersantai. Matahari semakin tinggi, setelah berpanas di area gumuk, sebutir kelapa muda bisa meredakan dahaga dan mendinginkan kepala. Foto kelar, perut kembung , tapi hati riang gembira.

IMG_20160504_120504     IMG_20160504_125101

Terimakasih Disti, terimakasih Jogja

Cheers,

Anggi Restiana