Jadi Anak STAPALA itu

Jadi Anak STAPALA itu..

Banyak banget Trade off nya, dimulai dari sebelum jadi anggota ada diklatnya. Dari jadi siswa diklat pun kamu harus siap mengorbankan kepentingan lainnya demi memprioritaskan tujuan jadi anggota STAPALA. Dijauhi, dibully, diledek, disindir dan dicaci pun tak jarang terjadi karena mereka menganggap kita terlalu cinta kegiatan ini. Ya, mau masuk STAPALA itu kan pilihanmu mau orang ngomong ini itu sudah jadi resikonya. Kamu kehilangan orang – orang terdekat sebelumnya? Bisa jadi iya, tapi kalau mereka memang paham harusnya sih maklum kamu sedang dalam usaha diklat untuk menjadi anggota. “Aku jadi jauh sama si X gara – gara STAPALA, aku jadi dibenci anak organda, anak kelas atau ini itu pasti ujung – ujungnya bawa nama STAPALA. “ Keluhan semacam ini sudah tak asing di telinga, dan beberapa mungkin masih sering mengungkitnya. Trust me, semua yang pernah mengalami diklat smpai jadi anggota mengalami ini kok. Namanya juga Trade off, kan pilihanmu juga. Asal tau saja, semua pilihan berujung resiko dan mengubah takdirmu jadi ya terima aja following risk dari pilihan mau menjadi anak STAPALA.

jadi siswa dan ikut diklat STAPALA itu pilihanmu..
Another side jadi anak STAPALA adalah masa – masa yang lama mulai merasa tersisih karena yang baru. Iri, cemburu atau ga rela? Yap, perasaan merasa akan tergantikan oleh anak baru mau ga mau pasti ada. Mau ngaku atau engga, perasaan sedikit yang terbersit atau entah memang tak siap kehilangan perhatian dari anak posko masa kemarin pasti ada dan kebanyakan dialami oleh anggota posko cewek. Alasan lain memang karena naluri cewek memang selalu mau diperhatikan, tak dipungkiri sih damn it’s true banget.
Cemburu dalam bentuk lain juga ada, karena mungkin posko bisa mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Semacam kecemburuan saat sahabatmu bersahabat dengan yang lain, ini dan itu.Wajar sih tapi kalau kecemburuan macam ini ga dimanage nanti ga bagus juga buat diri sendiri, so take it easy aja lah karena memang semua punya masanya masing – masing.
Setelah jadi anggota ataupun masa usai diklap adalah waktu tersering anak baru menyambangi posko, masih euforia masuk posko. Setiap hari bisa saja dihabiskan hanya untuk sekedar duduk2, ngobrol dan bercengkerama dengan anak – anak posko. Damn I miss those moments, jaman masih pake seragam kuliah dan betah di posko sampe males pulang.
Kebiasaan makan bareng di posko dengan cara posko yang bikin kangen, atau enta candaan bully an ngece tapi tetep biikin ketawa bodoh bareng , karaokean yang udah saking seringnya hampir kaya jadwal minum obat sumpah kangen banget masa masa itu. Sekarang? Masa yang kaya jaman angket – angket tai ayam pas jadi anggota ga se grrr dulu.
karaokean udah kaya dosis minum obat saking seringnya hahaha
Jadi anak STAPALA yang angkatan lulusnya agak anomali dengan jumlah mahasiswa yang sempat tanpa adek kelas membuat posko sempat “sepi” anggota. Ya seharusnya ada pergantian tapi kali ini prosesnya tak seideal dulu, butuh waktu untuk mendatangkan anggota baru dari proses diklat itu. Status alumni, ada yang magang ada pula yang tetap bertahan di Bintaro, entah jobless atau apapun setiap orang berhak memiliki keputusannya sendiri. Hal yang menyebalkan adalah saat kau dalam suatu waktu jarang datang ke posko dan dengan sok tau nya yang lain mencibir seakan – akan seperti penjaga posko dari bertahun – tahun lamanya. Dateng atau engga ke posko itu pilihan, dan kalaupun ada yang jarang ke posko jangan asal judge seenaknya. Menyebalkan adalah saat dengan sok tau nya ada yang bilang ga keposko kebanyakan alasan, sok atuh kalau kebiasaan kaya begini nyindirnya diteruskan yang disindir bukannya sungkan malah akan menjauh dari posko. Everyone deserves their own privacy, urgent atau tidak semua orang punya kepentingan. Kalau memang dia bisa berbagi pasti dia akan ceritakan. Di sinilah toleransi seharusnya ada, sensor mulut juga tapi ya itulah adanya karena anak posko itu beragam, banget. Bahkan saking beragamnya tak jarang ada yang marahan, ngambek, berantem atau slack itu sudah biasa. Ada yang posko banget, ngapa- ngapain selalu di posko, ada yang datang ke posko kalo ada rapat aja, ada yang kumat – kumatan ke posko bisa sering banget bisa jarang banget. Karena setiap orang punya pasang surutnya datang ke posko, jangan terlalu men judge orang hanya dari intensitasnya. Toh kita udah dewasa dan sudah susah payah mengikuti diklat pasti tau mana waktu untuk ke posko dan hal lainnya, tau skala prioritas dan menempatkan STAPALA di mana.
Banyak hal yang bisa didapat dan dipelajari dengan menjadi anggota STAPALA. Tak hanya organisasi, nama besarnya juga adalah hal membanggakan bagi anggotanya. Tak jaarang kita dianggap eksklusif dan songong. Ya ga masalah, image dari jaman jebot emang begini. Tak masalah toh persaudaraan kami memang baik nyatanya, untuk berbagai peristiwa entah senang sedih akan selalu ada helping hands dari sesama anggota. Kepekaan sebagai saudara bisa diacungi jempol pokoknya. Kalo kata Kak Palpi sih, cowok posko nomer satu kalau soal saudara, kalau soal perempuan? Jangan ditanya, gak peka. Hahaha

pose alay 945,975,1017,933
975,945,933
waktu pendakian umum papandayan
pasukan berkacamata dari surya kencana
Dengan jumlah anggota STAPALA yang sudah ribuan ini tak hanya jadi ajang organisasi besar tapi juga jadi salah satu wadah menemukan pendamping hidup lho, hal ini kami sebut incest hahaha
Sudah banyak contohnya dari jaman kakak senior lama sampai angkatan yang baru angket – angket tai ayam dilantik. Senangnya saat kondangan ke pasangan STAPALA, ataupun ke kondangan sesama STAPALA adalah tradisi push up nya. Can you imagine? Berbalut busana pengantin yang anggun dan gagah dipaksa push up sama sodara – sodara yang datang hahhaha. Ya itulah STAPALA, selalu penuh cerita dan pengalaman tak terduga. STAPALA, aku bangga menjadi bagiannya. J


Bangsal 975/SPA/2012