Matantimali Paralayang, Menikmati Kota Palu dari Ketinggian

   Paralayang, adalah salah satu olahraga yang menantang adrenaline dan dilakukan dari ketinggian. Sedangkan ketinggian adalah salah satu phobia terbesar yang ku punya, nyali langsung melempem apalagi jika olahraga berkaitan dengan ketinggian. Tapi itu semua berubah manakala aku benar – benar dapat kesempatan mencoba olahraga satu ini.
  Salah satu destinasi tujuan kami (aku dan geng ngetrip) dalam trip Palu Donggala kemarin adalah Matantimali, which is lokasi paralayang dan tempat kita melihat pemandangan dari ketinggian. Sempat pengen ga pengen untuk paralayang dan akhirnya kami sampai di spot take off mau tak mau aku tergiur juga untuk mencoba. Sedikit lebay karena sudah mempersiapkan seandainya di ketinggian terjadi hal – hal terburuk aku sudah siap, demi menuntaskan rasa penasaran . Rasanya mubazir sudah menempuh jalanan yang sedemikian rupa tapi tak mencoba olahraganya sekalipun. Terimakasih teman temin yang sudah rela menunggu kami yang berparalayang ria ini. I love you to the moon and back!

   Dengan banderol harga 400 ribu per orang untuk durasi terbang 10-20 menit tak apalah, demi sebuah pengalaman baru. Untuk amatir dan newbie seperti kami, tandem selama paralayang adalah keharusan. Tandem atau pemandu terbang inilah yang akan mengendalikan parasut sementara kita penumpangnya plongah plongoh takjub menatap pemandangan dari ketinggian. Penerbang parasut yang kunaiki ini adalah atlet paralayang, pengalamannya sudah menjelajah banyak pulau di Indonesia. Katanya si abang ini juga takut ketinggian, tapi dengan kita percaya sama alat percaya deh penerbangan parasut aman.
Setelah memasang alat safety dan melilitkan go pro di tangan kiri, waktunya tandem paralayang berlari. Diiringi teriakan takut, excited dan parno di ketinggian parasut kami melesat. Yey, waktunya menikmati Palu dari ketinggian, subhanallah bahagianya melihat pemandangan semacam ini walaupun cuma sekian menit saja lumayan. Terlihat karpet hijau pepohonan dari ketinggian, pemandangan kota dan garis pantainya. Berkali kali parasut yang kunaiki dimanuver sampai suara habis untuk teriak. Walaupun pandangan agak nggliyeng karena memang takut ketinggian, overall I really enjoy this sport. Parasut mendarat, sedikit nyusruk sih karena aku lupa berdiri di lapangan. But well, I’m the happiest ~

Batal dan hanya wacana paralayang di Puncak, keturutannya waktu sudah nyebrang pulau. Semoga akan selalu ada lain kali untuk melihat pemandangan berayun ayun di ketinggian.

 
Sampai ketemu di paralayang ke depan ~
Diaminin saja ya, semoga phobia ketinggiannya cepat sembuh.Cheers,
Anggi Restiana D