Muay Thai, between anger throwing and dream sport

   Muay Thai, seni bela diri yang berasal dari negeri Gajah Putih ini adalah olahraga yang menarik minatku dari sekian lama. Sayangnya karena hidup di desa, kota kecil dan peradaban tak semaju itu membuatku harus menahan diri untuk bisa ikut kelas bela diri ini.
   Pindah ke Balikpapan adalah salah satu hal yang sangat patut disyukuri, meskipun sempat kaget dengan living cost yang jauh lebih tinggi dari kampung halaman dan tempat magang sebelumnya di Temanggung, hidup di sini adalah hal yang berimbas baik untukku. Aku tak begitu suka kota sepi, and I finally get my placement in the busiest city of Borneo.
Sebagai cewek yang tergolong tomboy, olahraga adalah hal yang akrab untuk kulakukan. Banyak orang bilang, cewek tomboy harusnya jadi atlet. Kalo diingat ke belakang, flashback apa yang terjadi dulu, itu adalah hal yang susah diwujudkan. Agak sedih sih rasanya harus merelakan masa remaja dan masa kanak kanak yang harusnya bahagia jadi agak terbatasi dengan kegiatan fisik yang bisa membuat kulitku merah seperti udang. Kalau diingat dan disesali makin ndak bersyukur nanti, kenapa dulu harus kena luka bakar dan akan ada lagi penyakit hati yang sudah disembuhkan kumat lagi.

   Umur memang sedikit telat untuk memulai serius di bidang olahraga baru, tapi toh jadi atlit di Indonesia juga masa depannya tak sebagus di negara – negara tetangga sepertinya. Kalaupun ada kesempatan lagi sih mau ikut pelatihan. Untuk sekarang sih yang penting bahagia dulu karena nemu ada camp muay thai yang sudah sekitar tiga tahun dipengeni tapi belum kesampaian. Gerakan dan teknik memang masih payah walaupun power oke. Namanya juga masih newbie, latihan dan latihan terus yaaa Nggik, biar ada pelampiasan pukulin aja tuh samsak daripada balik ke kosan jadi labil ga jelas.

Keep calm and Love Muay Thai ~