Toraja Weekend Getaway (3-4 November 2018)

Have a visit to Toraja

Sudah menjadi hal yang sering terjadi, yang direncanakan jauh jauh hari batal, yang mendadak malah kejadian. Inilah yang terjadi pada trip ke Toraja ku, Sabtu 3 November lalu akhirnya aku berkunjung dalam one day trip to Toraja. Thanks to Lucca, mantan teman sekantor sebelum pecah yang no wacana langsung gas jalan dan Maichel, sobat pemprov ku yang sedang penat mengurus persiapan pernikahan yang sedia mengajak kami berkeliling kampung halamannya dengan apps kreasinya Enjoy Toraja.

Perjalanan yang ditempuh dari Balikpapan dimulai Jumat sore aku dan Lucca mengambil penerbangan menuju Makassar selama kurang lebih satu jam. Tiba di Makassar untung ketemu senior kami yang baik hati, Kak Anda yang mengantarkan kami hingga usai pintu keluar karena jalan yang harus dilalui berbeda. Menuju ke pool bus Manggala yang kami sudah pesan sebelumnya, tak butuh waktu lama akhirnya kami naik ke bus yang akan membawa kami ke Toraja. Bus yang kami pilih kelas VIP seharga 210 ribu rupiah, leg room sangat luas dan terdapat pula selimut bagi masing masing penumpang. Karena malas makan berat akhirnya kami makan biskuit yang dibeli di minimarket sebelumnya sebagai pengganjal perut dan ngobrol sepanjang malam karena mohon maap wek banyak cakap kali :/

Tiba di Toraja dan turun di depan kantor Maic, akhirnyaa perjalanan no wacana akan dimulai satu hari penuh. Maic yang menginap di kantor menyambut kami dan perjalanan kami mulai setelah beberes dan sewa motor diambil. Tujuan pertama kami adalah saarapan di kedai yang bekerja sama dengan Enjoy Toraja. Jauh jauh ke Toraja menu yang kupilih malah mie rebus, ya elah Nggik. Tak lupa kami menikmati kopi Toraja asli di Tana Toraja. Siap menempuh perjalanan hari ini.

Kete’ Kesu
Tujuan kami yang pertama adalah Kete Kesu’. Bangunan rumah rumah Tongkonan khas Toraja yang berjajar di sebuah komplek perumahan, istilahnya. Rumah rumah adat ini adalah milik warga Toraja asli dan kini dikelola bekerja sama dengan Dinas Pariwisata sehingga banyak turis yang datang selalu menuju ke Kete’ Kesu ketika berkunjung. Menuju bagian belakang area Kete’ Kesu terdapat jajaran kios kios souvenir di mana pengunjung dapat membeli souvenir khas Toraja sesuai pilihan.
Menuju area paling belakang terdapat makam makam khas Toraja, sayang sekali bagian gua di belakang sedang direnovasi sehingga kami tidak bisa melangkah lebih jauh.
Tiket masuk @ 10.000

under construction

mau mendekat tapi takut takut

jadi model dadakannya Maic, strike a pose!


Pasar Bolu Rantepao

Menuju destinasi selanjutnya kami akan mengunjungi Pasar Bolu Rantepao yaitu pasar untuk jual beli kerbau terbesar di Toraja. Pasar Bolu memainkan peranan pentingnya dalam setiap peristiwa kebudayaan masyarakat Toraja. Hewan hewan yang menjadi bagian dari upacara dijual di pasar ini, sebagian besar adalah kerbau atau dalam bahasa Toraja disebut dengan Tedong, ada pula babi dan rusa. Harga tedong yang dijual di Pasar Bolu beragam, dari yang hanya beberapa juta, puluhan juta, hingga ratusan juta dan hampir seharga mobil Alphard pun ada. Beginilah noraknya anak desa dari Jawa ini ketika melihat tedong yang selama ini hanya bisa dilihatnya dari layar kaca. Mohon maap ye :”

tahukah kamu, hargaku hampir sama dengan sebuah mobil Alphard

sebelum pedekate sama Tedong di Pasar Bolu

takut tapi deket deket, yha

ada juga tedong atau kerbau yang tanduknya panjang sepertiku, guys!

deer or dear?

Makan Steak Tedong
Lelah berkutat di tempat kumpul kebo ( Pasar kerbau maksudnya), kami memilih sebuah resto khas Toraja dengan menu modern nya untuk mencoba menu andalan steak kerbau. Dengan menu sampingan lain dan tak lupa minuman khas Toraja yaitu kopi Toraja, kami lahap menikmati makan siang. Thanks to my Peprov mate, Maic yang akan segera melepas lajang yang sudah meluangkan waktunya untuk membawa ku dan Lucca berkeliling kampung halamannya dan merekomendasikan berbagai hal yang local taste. Oiya untuk menu makanan di Toraja memang banyak menu non halal karena sebagian besar makanan yang dijual adalah makanan berbahan baku babi. Tapi tak perlu khawatir, banyak pilihan makanan yang muslim friendly kok.

Londa (Pemakaman Toraja)
Selepas dari tempat makan, kami melanjutkan perjalanan kami menuju Londa. Kawasan pemakaman khas Toraja yang terkenal ini terletak 6 km dari pusat kota, berada di Sandan Uai, Sanggalangi. Londa dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi dan seringkali menjadi tujuan wisatawan datang ke Toraja. Londa merupakan pemakaman bagi warga Toraja yang dipercaya akan membawa mereka ke alam selanjutnya yaitu puya. Pemakaman bagi yang telah meninggal pun disesuaikan oleh strata sosial, semakin tinggi kelas sosial akan semakin tinggi pula lokasinya dimakamkan di dinding tebing gua gua.
Ada hal unik tentang pemakaman Toraja ini, pemakaman dilakukan dengan upacara bernama Rambu Solo. Seperti yang kita ketahui bahwa kematian lebih ramai diupacarakan bagi masyarakat Toraja, ketika upacara kematian atau Rambu Solo diadakan akan dilakukan penyembelihan kerbau dan babi. Untuk keluarga bangsawan disembelih sekitar 24 – 100 kerbau dan 8 kerbau beserta 50 babi untuk keluarga kelas menengah. Upacara adat Toraja selalu ramai dikunjungi para wisatawan lokal maupun mancanegara.


Bagi masyarakat Toraja, orang meninggal belum dianggap benar benar mati. Oleh karena itu setiap berkunjung ke pemakaman keluarga akan memperlakukan mereka layaknya masih hidup dengan membawakan makanan favorit mereka, rokok atau benda yang identik dengan beliau semasa hidup. Selain itu mayat yang dimakamkan di Londa akan diberi balsem agar tidak berbau busuk nantinya.
Tiket Masuk @ 10.000, Sewa Lentera @50.000, Tipping seikhlasnya

Lemo
Usai meninggalkan Londa, kami menuju area pemakaman khas Toraja selanjutnya yaitu Lemo. Jarak tempuh kami dari Londa sekitar 30 menit dan kawasan ini lebih sepi. Lemo adalah kelurahan di Makale Utara, Kab Tana Toraja. Dinamai Lemo karena bebatuan di area perkuburan berbentuk menyerupai jeruk atau limau. Lemo adalah kuburan tertua kedua di Toraja setelah Songgi Patalo. Bentuk yang dimakamkan di Lemo berupa lubang lubang di dinding tebing dan terdapat pula patung patung yang dibuat menyerpai mendiang yang meninggal. Hal ini dibuat karena status sosial yang bersangkutan tergolong tinggi sebagai bangsawan Toraja.
Setelah sekian lama menikmati pemandangan di sekitar Lemo, kami bergegas menuju destinasi kami selanjutnya yakni Buntu Burake.

Buntu Burake
Buntu Burake atau yang dikenal dengan Patung Yesus Kristus ini merupakan wisata yang tak kalah ramai untuk dikunjungi ketika menuju Toraja. Setinggi 40 m berdiri menghadap Makale, patung yang mirip dengan patung Yesus di Brazil ini berhasil menyedot pengunjung dari berbagai kelas sosial. Pemandangan dari atas sangat indah, seluruh lanskap Toraja terlihat dari atas. Sayang sekali ketika kami ke sana pembangunan belum selesai, tetapi perbaikan fasilitas di Buntu Burake ini termasuk baik. Nantinya akan ada jembatan dari kaca tebal yang akan menambah kemudahan pengunjung untuk menikmati pemandangan lebih.

Toraja dari ketinggian

Patung Yesus Kristus berdiri tegak

approaching sunset time

Aku, Lucca dan Maic menghabiskan sore kami sebelum waktu magrib dengan duduk duduk dan menikmati pemandangan dari Buntu Burake sambil bermain tebakan receh. Tempat wisata satu ini sangat representative menurutku, bagus dan perlu dikembangkan biar lebih oke. Waktu semakin mendekati magrib kami bergegas ke kota lagi. Tapi baru beranjak dari parkiran, aku dan Lucca terjungkal disambut tawa terbahak dan terpingkal pingkal ibu ibu pemilik kios souvenir. Ya Allah sakitnya sih nggapapa, malunya itu lho -____-

Kedai Kopi Toraja

Ke Toraja tanpa mencicipi kekhasan kopinya rasanya tak lengkap. Maic membawa kami ke kedai langganannya di pusat kota. Sebuah kedai kopi yang terletak di pinggir jalan dengan beragam menu kopinya sukses membuat kami menutup one day trip Toraja ini dengan riang gembira, pecandu kafein mendapatkan supply nya.

Kembali ke kantor Maic untuk berkemas, mandi dan bersiap untuk kembali ke kota menggunakan sleeping bus yang sama. Terima kasih Maic dan Enjoy Toraja yang membuat perjalanan weekend getaway ini menyenangkan!

Bus membawaku dan Lucca kembali ke Makassar untuk sebentar singgah sebelum kami pulang. Kami mampir untuk makan sop sodara, coto dan kawan kawannya, menunggu delaynya pesawat di bandara hingga akhirnya sampai kota.

  • P.S : Jangan lupa download aplikasi Enjoy Toraja sebelum ke Toraja ya guys One stop place for all informations needed before coming.See you in another trip, cess!

Cheers,

Travelanggi