Dikuntit Turis India

 

  Solo travelling memang menyenangkan untuk dilakukan, terlebih jika perjalanannya menyenangkan dan sesuai harapan. Baik untuk solo traveler pria atau wanita, perjalanan yang dilakukan sendiri memang memiliki sensasi dan menimbulkan kepuasan tersendiri ketika selesai ditunaikan ibadah kali ditunaikan. Bagi solo traveler, kebingungan mencari alamat atau sekedar nyasar mungkin sudah biasa. Tapi bagi solo traveler wanita, berhati – hati lebih dan waspada adalah keharusan yang tak boleh dilupakan dalam setiap perjalanannya. Perlindungan diri semacam pepper spray dan sedikit kemampuan beladiri mutlak diperlukan, terlebih di situasi mengancam yang bisa terjadi kapan saja. Namanya juga makhluk yang dianggap lebih lemah, wanita harus ekstra  aware kapanpun dalam setiap perjalann yang dilakukan sendiri.

   Pengalaman buruk ketika melakukan solo traveling juga hal yang tak luput menimpaku di pengalaman solo traveling pertama, ke luar negeri pula. Terjadi di malam terakhir di Singapore, dimulai dari pindah hostel ketiga kalinya karena memang sengaja moving tempat menginap hingga detik terakhir check out dari hostel. Dari ketiga hostel yang kuinapi, hal yang terjadi benar – benar di hostel terakhir membuatku agak kapok untuk menginap di sana lagi. Mendapat teman sekamar yang ngorok, mungkin tak seberapa menyiksa jika tak ditambah dikuntit orang yang kebetulan tinggal di tempat yang sama.

   Suasana dorm campuran yang berisi tukang ngorok dan membuatku kesulitan tidur adalah awal dari keapesanku malam itu. Memilih keluar kamar dan sekedar browsing di ruang komputer ternyata menggiringku ke masalah lain, niatnya sih ngenet akhirnya terganggu oleh komputer sebelah yang dipakai oleh turis India, sebut saja namanya Amir. Awalnya kami hanya mengobrol, ketawa tawa bercanda, sampai topik beralih dan si Amir mulai sepik sepik iblis  menjual cerita cerita sok manis sampai Brian , teman baruku yang juga sesama Indonesia mengingatkan untuk segera keluar dari ruangan itu. When there’s another people give you warning, it means that’s not a good condition. And turns out it’s no better then. Karena tak bisa tidur, aku pindah ke ruang depan untuk sekedar mencoba alat pijat gratisan yang disediakan hostel. Sementara Brian akhirnya mengiyakan ajakan si Amir untuk berjalan sekeliling area hostel. Aku sendiri memilih tidur sambil duduk di kursi pijat yang tak kugunakan lagi. Well, kesulitan tidur berlanjut hingga pukul 3 dini hari, Amir dan Brian kembali dari jalan malamnya. Brian memberi isyarat untuk segera kembali ke kamar karena Amir sudah mulai ribut tak mengenakkan. Awalnya aku pikir dia hanya sekedar sepik sepik merayu agar aku mau pindah ke kamar yang dia sewa selama sebulan. Tapi itu berlanjut sampai sekembalinya mereka dari luar. Aku berpura pura mengantuk, tapi tak mengurangi kegigihan Amir agar aku bisa dibujuk ke kamar yang dia sewa. Dengan dalih ada bed lain yang kosong dan tidak ada teman sekamar yang ngorok. Brian memberi isyarat agar aku segera mengunci pintu dan buru buru tidur, padahal sumpah mati ga ngantuk. Sampai jam 3 pagi dan itu sangat menyebalkan. Oh thanks God, at least there’s Brian who can handle Amir to go away.

img_20160214_100835

In front of Sultan Mosque Singapore

   Coba ndak ada yang kukenal lagi di solo trip waktu itu, mungkin saja bisa berakhir buruk. Karena yang masih terjaga hanya aku, dan si Amir. Untung si Brian nyusul ke ruang komputer. Well, every journey has its own story. And this “dikuntit turis India” is another story of starting my solo traveling. 

So excited to plan another, have a great weekend and keep traveling!