The Sense of Living as Cewek Ndeso

   Sebagai natural born dari pasangan orang Grabag, terlahir jadi cewek ndeso adalah takdir. Mau dipoles dan didempul setebal apapun, darah ndeso tetap melekat padaku. Biarpun sudah kuliah 3 tahun di (perbatasan) Jakarta dan setahun hidup mengejar KRL demi pengalaman permagangan di kantor akuntan dan mengenyam kehidupan Jakarta lebih dalam, jiwa ndeso ku tetap ada.
   Setelah menelan kekecewaan karena tidak mendapat lokasi magang Kemenkeu DJP di lokasi pilihan (sebut saja Jakarta) aku dikirim kembali ke kehidupan pedesaan yang asri, menyenangkan tapi ya begitulah. Sedikit banyak gaya hidupku rusak selama kuliah dan di Jakarta, pulang adalah salah satu kesempatan untuk memperbaiki berbagai pola yang sudah acakadul ini. Pola tidurku yang dulu sebelum kuliah teratur tidur awal, berganti jadi tukang begadang setelah mengecap kehidupan Bintaro dan ibukota, kini kembali lagi seperti pola tidur bayi, usai Isya sampai waktu subuh badan ini siap diistirahatkan seperti dulu lagi. Hal lain yang tak kalah penting adalah pola makan, selama di Bintaro makan malam, nongkrong maupun kelayapan karena berbagai kegiatan membawaku pada pola yang sangat tak sehat, makan malam dengan jenis makanan yang ya begitulah, bahkan kebiasaan ngewarkop turut menyumbang ketidaksehatan ini.
masih ada sesawahan yang asri di desa
Mumpung pulaang, bisa makan kenyang dan sesuai aturan.. Tapi ya ini jeleknya hidup di tempat yang dingin, kecenderungan makan semakin tinggi sempat membuat berat badan naik sadis, turun karena diet mayo dan sekarang agak kapok diet dietan, yang penting makan makanan sehat diperbanyak. Udah gendut gendut aja sih, ribet amat pake diet -__- *ga gendut sih sebenernya, biar kedengeran lebay aja suka ngatain diri sendiri gendut kayak babi* hahahaha
sunset di atap rumah tetangga hahaha
   Aku memang cewek ndeso, tapi punya alergi dingin. Aneh ya, tapi memang itu yang terjadi. Setiap di rumah, bersin belasan kali sudah tak asing terjadi, gatal alergi karena dingin pun seperti siklus yang sering terulang. Hahaha Tapi senangnya di rumah, se nggak diurusin pun kalo lapar tak perlu harus ke warteg atau harmoni dulu beli makan atau belanja barang kebutuhan, mau makan tinggal makan, capek tinggal tidur, pusing tinggal ngobat. Ada hal yang patut disesali dan ada yang bisa disyukuri, nyesek karena ga magang di Jakarta membawaku bisa bersyukur karena hidup di rumah walaupun sering berantem, udara dingin dan asri pedesaan yang bisa kurasakan saat lari pagi dan musim hujan dingin yang selalu membasahiku tiap pulang kantor. Hidup Ndeso~
jam setengah  6 pagi udah sampe kaki gunung

 

temen ngelayap kala weekend

 

kalo yang ini di kotanya, alun – alun Magelang
ini strawberry sama fit sayurnya Jamaica jus, tempat gaul anak SMA

 

wedang ronde, tempat nongkrong favorit bareng Herba ~

 

bianglala di ujung desa, bukan desaku sih, desa tetangga hahaha

di air terjun Sekar langit, Grabag

Salam Ndeso,
dari cewek ndeso ~
Anggi R. Dewi